Selasa, 14 Juli 2015

Is Your House Your Home?

Dalam bahasa Inggris, ada beberapa kata yang merupakan terjemahan dari ‘rumah’. Dua diantaranya adalah ‘house’ dan ‘home’. Namun, walaupun sama-sama memiliki arti ‘rumah’, kedua kata ini memiliki makna yang berbeda. Kita mulai dari kata ‘house’. Kata ini mengacu pada bangunan rumah. Artinya, bila seseorang menyebutkan ‘house’, maka yang dimaksud adalah rumah sebagai bangunan yang konkrit, yang dapat dilihat, yang merupakan suatu benda yang nyata. Alamat, ukuran, banyaknya ruangan, nyaman atau tidaknya secara fisik, dan berbagai fasilitas dalam rumah, itulah yang dimaksud dengan ‘house’.

Kemudian, kita akan membahas mengenai ‘home’. Pengertian rumah yang satu ini lebih abstrak dibandingkan ‘house’. ‘Home’ dapat mengacu pada tempat, situasi, maupun orang, yang memberi kita perasaan yang nyaman, menyenangkan, dan familiar. ‘Home’ adalah hal yang bisa menghilangkan kesedihan kita, memberi kita kegembiraan, dan tidak ingin kita tinggalkan. Satu hal yang perlu diingat, ‘home’ tidak selalu merupakan ‘house’, dan ‘house’ tidak selalu menjadi ‘home’ bagi pemilik atau penghuninya.


Sebagai contoh sederhana, ada seorang anak dari sepasang pengusaha kaya. Karena kekayaan orangtuanya, mereka mampu membangun rumah yang sangat besar dan nyaman untuk ditinggali. Rumah tersebut memiliki halaman yang luas, bangunan yang megah, dan fasilitas yang sangat lengkap. Bisa dibilang, rumah ini adalah sebuah ‘house’ yang sempurna. Namun, ternyata anak tersebut tidak bahagia hanya dengan tinggal di dalam rumah tersebut. Kedua orangtuanya  selalu sibuk bekerja, sehingga ia selalu kesepian di rumah. Supaya tidak kesepian, akhirnya ia bergabung dalam suatu forum di internet, dimana ia bisa dengan bebas berkomunikasi dengan orang-orang dari seluruh dunia, berbagi informasi, dan mengomentari banyak hal yang terjadi di dunia. Di forum tersebut, ia merasa nyaman, diperhatikan, dan memiliki teman. Maka bisa dibilang, forum internet itulah ‘home’ baginya.


Cerita di atas menyontohkan orang yang memiliki ‘house’, namun ‘house’ nya bukan merupakan ‘home’ baginya. Ada pula orang yang tidak memiliki ‘house’, namun memiliki ‘home’. Contohnya adalah anak-anak kecil tunawisma yang biasa kita temui mengamen di jalanan. Mereka memang tidak memiliki ‘house’, atau mungkin memilikinya tapi tidak layak. Namun, diantara mereka ada yang memiliki ‘home’. Mereka yang masih cukup muda masih merasakan kegembiraan bekerja dan bermain bersama teman-temannya dan kegembiraan bila mendapatkan uang, lalu bisa menikmati makanan, untung-untung membeli mainan untuk digunakan bersama-sama. Itulah ‘home’ bagi mereka.


Ada juga orang-orang yang beruntung, yang ‘house’ nya merupakan ‘home’ baginya. Orang-orang ini memiliki keluarga yang hangat dan menyenangkan serta kehidupan yang nyaman dan menggembirakan di dalam rumah. Orang-orang ini bila membuka pintu rumahnya, lalu berkata “Aku pulang”, memang itulah yang dikatakan oleh hatinya. Mereka adalah orang yang paling bahagia di dunia, karena mereka memiliki tempat yang nyata, tempat yang sebenarnya untuk ‘Pulang’.


Kesimpulannya, tidak semua ‘house’ merupakan ‘home’, namun, terkadang ‘home’ bisa dimiliki tampa memiliki ‘house’. Akhirnya, kita kembali pada pertanyaan awal: Is your house your home?

Jumat, 10 Juli 2015

Biggest Motivation in Life, huh?

Selama ini, kita sering mendengar bahwa hidup itu perlu motivasi. Motivasi membuat kita memiliki tujuan dalam hidup, motivasi memacu kita untuk melakukan sesuatu, dan banyak lagi hal tentang motivasi yang kita dengar dari orang-orang di sekitar kita. Tapi, apakah kita tahu arti dari motivasi? Bila ditanya soal motivasi, kebanyakan orang berpendapat bahwa motivasi adalah suatu hal yang mendorong seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, seorang anak rajin menabung karena termotivasi untuk membeli laptop baru, seorang ibu berusaha mendidik anaknya sebaik-baiknya karena termotivasi untuk menjadikan anaknya seorang yang sukses, dan sebagainya. Intinya, motivasi merupakan tujuan kita, dan kita yang termotivasi dengan tujuan tersebut berusaha untuk mencapainya.

Lalu, bila saya sendiri ditanya mengenai motivasi terbesar dalam hidup saya saat ini, jawabannya adalah memenuhi kewajiban. Ketika mengikuti suatu kompetisi, memenangkan kompetisi tersebut bukanlah motivasi saya. Memang bohong bila saya berkata bahwa saya tidak ingin menang, namun motivasi saya hanyalah kewajiban untuk menyelesaikan kompetisi yang saya ikuti. Bila ada pihak yang meminta saya mundur dari kompetisi tersebut, saya akan mundur dengan senang hati, karena dengan permintaan tersebut, berarti kewajiban saya sudah gugur, dan tujuan saya sudah tercapai. Demikian pula dengan apa yang saya lakukan sekarang ini. Apakah motivasi saya untuk berusaha, belajar, dan menjalani kuliah di Fakultas Kedokteran ini sampai lulus? Jawabannya, kewajiban untuk menyelesaikan apa yang telah saya mulai. 

Dahulu memang saya memiliki berbagai motivasi. Saat saya masih duduk di bangku kelas 4 SD, saya memiliki motivasi untuk memenangkan olimpiade agar saya dikenal oleh banyak orang. Motivasi yang konyol, memang, mengingat saya saat itu masih berusia 10 tahun. Namun saat saya akhirnya mencapai kemenangan tersebut, kepuasannya hanya sesaat. Memang akhirnya banyak orang yang mengenal saya, namun hal itu malah menjadi menjengkelkan. Saat itulah, saya menyadari bahwa motivasi untuk mencapai kemenangan dalam kompetisi dan menjadi populer adalah motivasi yang tidak sesuai bagi saya.

Kemudian saat duduk di bangku SMP sampai SMA, motivasi saya adalah untuk menjadi yang terbaik di kelas, bahkan di sekolah. Hal ini membuat saya belajar keras, mengikuti bimbingan belajar, bahkan selalu membandingkan nilai dengan teman sekelas. Namun sekali lagi, saat ranking paralel 1 gagal membuat saya diterima tanpa tes di perguruan tinggi, sementara teman saya yang lain diterima, saya mempertanyakan motivasi saya tersebut. Ternyata, motivasi untuk menjadi yang terbaik juga bukanlah motivasi yang cocok bagi saya.

Dua motivasi 'gagal' itulah yang akhirnya mengantarkan saya menuju motivasi yang sekarang. Motivasi untuk mmenuhi kewajiban, menyelesaikan apapun yang sudah saya mulai. Karena saya yakin, bila tujuan saya adalah untuk menyelesaikan kewajiban, hasil yang saya harapkan adalah terselesaikannya kewajiban tersebut, dan itu cukup untuk membuat saya puas. Mungkin banyak orang yang tidak setuju, tapi sekarang, I'm in my comfort zone, I don't want to move, and I'm just trying to finish what I've started.

Rabu, 08 Juli 2015

Who Are You in a Team?

Teamwork adalah proses bekerjasama atau berkolaborasi dengan sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Kalau dilihat dari definisi ini, tugas kelompok, salah satunya membuat laporan tertulis, merupakan salah satu bentuk teamwork, bukan begitu?

Dalam suatu kelompok yang terdiri dari beberapa anggota, setiap anggota pasti menempati posisi tertentu. Posisi yang biasanya terdapat dalam kelompok adalah ketua kelompok, sekretaris, notulis, dan anggota biasa. Namun, selain pembagian secara 'resmi' ini, anggota kelompok juga memiliki posisi secara 'tidak resmi' yang didasarkan pada penilaian oleh teman sekelompoknya. Dalam penilaian ini, setiap anggota bisa menempati lebih dari satu posisi. Posisi 'tidak resmi' inilah yang akan dibahas dalam artikel ini. Jadi, kalau ingin mengetahui seperti apa posisi kita dimata teman sekelompok, check it out!!

Pertama adalah posisi 'Operational Leader'. Posisi ini bisa jadi ditempati oleh ketua kelompok yang sebenarnya atau oleh anggota lain. Intinya, anggota kelompok dalam posisi ini ialah yang paling banyak mengatur dan mengarahkan kerja kelompok, membagi tugas untuk setiap anggota, dan memberi informasi tentang teknik tugas yang harus dikerjakan.

Kemudian ada posisi 'Idea Finder'. Anggota kelompok yang menempati posisi ini adalah anggota yang paling kreatif, dan pada setiap tugas kelompok selalu memberikan ide untuk mengerjakan tugas. Seiring tugas demi tugas, akhirnya pekerjaan mencari ide ini dibebankan sepenuhnya pada anggota tersebut, dan teman sekelompoknya hanya mengerjakan tugas sesuai ide yang dikemukakan olehnya tanpa protes lebih lanjut.

Posisi yang ketiga adalah 'Life-time Compiler'. Bisa dikatakan bahwa anggota kelompok yang menempati posisi ini adalah anggota yang paling sabar. Bagaimana tidak? Ia selalu bertugas untuk menyatukan hasil kerja kelompok, mengedit, dan menyesuaikan hasil kerja dengan format laporan yang sudah ditentukan. Seringkali anggota lain mengirimkan tugas bagiannya sangat mendekati deadline, sehingga sang compiler harus begadang untuk menggabungkan dan mengedit laporan tertulis kelompok tersebut.

Selanjutnya ada posisi 'Print and Bind'. Posisi ini ditempati oleh anggota kelompok yang bertugas untuk mencetak dan menjilid laporan tertulis, a.k.a yang sering bolak-balik ke kios fotocopy setiap akan mengumpulkan laporan. Seringkali anggota lain lupa menyediakan uang untuk keperluan ini, sehingga ia harus membayar biaya cetak dan jilid dengan uang pribadi. Untuk teman yang pernah menempati posisi ini, ikhlaskan saja ya, semoga menjadi amal yang bermanfaat, hehehe...

Posisi yang kelima ditempati oleh 'Commoners'. Maksudnya adalah anggota yang mendapat bagian tugas dari leader, mengerjakan tugas bagiannya, mengumpulkan ke compiler, dan selesai. Commoners ini dibagi lagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah anggota yang mengerjakan tugasnya dengan mengutip dari sumber, mengetik ulang dengan kalimatnya sendiri, dan menggabungkan dari berbagai sumber sehingga hasilnya seperti literature review. Tipe kedua adalah tipe 'Copy-Paste', yaitu anggota yang hanya melakukan copy-paste dari beberapa sumber, bahkan terkadang masih menyisakan format tulisan dan hyperlink dari sumber tersebut.

Itulah berbagai tipe anggota kelompok berdasarkan penilaian dari teman sekelompoknya. Setelah membaca artikel diatas, kita termasuk yang mana ya?

Minggu, 05 Juli 2015

Bisa karena Biasa, Biasa karena ...

"Eh, teman kita itu, kok bisa ya jogging setiap pagi? Sementara kita masih santai-santai, bahkan biasanya belum mandi..." "Itu kan memang kebiasaannya, ya wajar lah...." Pernah mendengar percakapan seperti itu? Atau bahkan pernah menanyakan hal seperti itu? Kebiasaan itu apa sih? Dan dari mana munculnya kebiasaan?

Pertama, kita bahas tentang definisi kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebiasaan berarti sesuatu yang biasa dikerjakan atau pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu, dan dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.

Kedua, kita lihat cara-cara terbentuknya kebiasaan. Cara pertama adalah dari peniruan anak terhadap orangtuanya. Misalnya, bila anak sering melihat orangtuanya bangun pagi dan membersihkan rumah, dia akan meniru dan lama-kelamaan rutinitas tersebut akan menjadi kebiasaannya. Kedua, kebiasaan yang diajarkan oleh orangtua kepada anaknya. Contohnya kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur, yang selalu diajarkan oleh orangtua kita dari kecil. Ketiga, kebiasaan yang timbul secara otomatis karena rutinitas sehari-hari, seperti kebiasaan dalam waktu tidur dan bangun, cara makan, dan hal-hal lain yang dilakukan setiap harinya. Yang terakhir adalah kebiasaan yang dibentuk dengan sengaja oleh diri sendiri, yang muncul bila seorang individu mengubah kebiasaan yang sudah ada menjadi lebih baik.

Ketiga, bagaimana cara membentuk kebiasaan baru yang lebih baik? Pastinya dimulai dari kesungguhan dan motivasi. Bila ingin mengubah suatu kebiasaan, kita harus meyakinkan diri bahwa kebiasaan yang sekarang kita lakukan ini kurang baik, dan harus diubah untuk kebaikan kita sendiri dan agar bisa mencapai apa yang kita inginkan. Setelah kita yakin dan bersungguh-sungguh ingin mengubah kebiasaan tersebut, tahap yang kedua adalah mulai dari hal-hal kecil, jangan langsung mengambil perubahan yang drastis. Misalnya, bila ingin rutin berolahraga, mulailah dari melakukan olahraga ringan seperti senam atau jogging selama sepuluh menit sebanyak dua kali seminggu, kemudian perlahan-lahan  tingkatkan hingga akhirnya menjadi setiap hari. Yang ketiga, konsisten. Kebiasaan baru harus dilakukan secara rutin selama minimal 21 hari agar menjadi kebiasaan yang permanen dan tidak mudah dilupakan.

Terkadang, kita merasa malas dalam melakukan suatu kebiasaan baru secara konsisten, dan berpikir "Hanya sehari saja kok aku tidak melakukannya, tidak apa-apa kan...". Salah. Bila sekali saja kita meninggalkan kebiasaan baru tersebut, pembentukan kebiasaan ini dapat menemui kegagalan. Lalu, bagaimana cara mengatasi rasa malas ini? Tentu saja dengan mengingat kembali motivasi kita untuk memulai kebiasaan baru. Dengan mengingat dan mengulang-ulang motivasi, kita akan semakin terpicu untuk mencapainya, dan rasa malas akan terusir. Kemalasan juga dapat dihindari dengan memberikan penghargaan pada diri sendiri bila kita berhasil melakukan kebiasaan tersebut secara rutin selama waktu tertentu. Misalnya, bila hari Senin sampai Sabtu selalu jogging setiap hari, maka hari Minggu kita bebas melakukan hobby kita, dan sebagainya.

Memang, mengubah kebiasaan bukanlah hal yang mudah. Namun dengan kesungguhan dan kekonsistenan, kita pasti berhasil. Bisa karena biasa, biasa karena sungguh-sungguh dan konsisten menjalankannya. Setuju?